Isa adalah anak Allah?

Al quran menyatakan: “Dan (ingatlah) Maryam binti Imran yang memelihara kehormatannya, maka Kami tiupkan ke dalam rahimnya sebagian dari ruh (ciptaan) kami, dan Dia membenarkan kalimat Rabbnya dan kitab-kitabNya, dan dia adalah termasuk orang-orang yang taat.” (At-Tahriim 66: 12)

Allah berfirman, “Dan (ingatlah kisah) Maryam yang telah memelihara kehormatan, lalu Kami tiupkan ke dalam (tubuh)nya ruh dari Kami dan Kami jadikan dia anaknya tanda (kekuasaan Allah) yang besar bagi semesta alam.” (Al-Anbiyaa 21:91)

Bukankah ini sebuah pengakuan dari Al-Quran bahwa Isa adalah anak Allah. Karena dia tiupan dari ruh-Nya?

 

Jawab:

Ketika kami mengatakan mesjid adalah rumah Allah apakah artinya Allah tinggal di sana? Ketika Allah berfirman, “Unta betina Allah.” (Asy-Syam 91:13) Apakah unta itu adalah unta Allah, seperti makna lahirnya?

Seandainya pemahaman untuk ayat ini seperti yang mereka katakan, tentu Nabi Adam adalah anak Allah juga, karena Allah berfirman tentangnya, “Dan Ku-tiupakn kepadanya roh (ciptaan)Ku.” (Shaad 38: 72)

Allah berfirman, “Kemudian Dia menyempurnakan dan meniupkan ke dalamnya roh (ciptaan)-Nya.” (As-Sajdah 32:9)

Dalam bahasa, ungkapan seperti ini dinamakan dengan Al-Majaaz, sebagaimana firman Allah tentang Jibril, bahwa dia adalah Ruhul Qudus.

Allah berfirman, “Dan Kami memperkuatnya dengan Ruhul Qudus.” (Al-Baqarah 2:87)

Allah berfirman tentang Al-Quran, “Ruh/wahyu (Al-Quran) dengan perintah kami.” (Asy-Syuuraa 42:52)

 

Sesungguhnya sesuatu adalah yang memberinya kehidupan dan membedakannya dari sesuatu yang mati, yang tidak ada kehidupan padanya. Jibril adalah ruh, karena Allah menjadikannya dapat meghidupkan hamba dengan wahyu yang di bawahnya. Al-quran adalah ruh, karena dengannya kehidupan hakiki bagi manusia.

Allah berfirman, “Hai orang-orang yang beriman, penuhilah seruan Allah dan seruan Rasul apabila Rasul menyeruh kamu kepada suatu yang memberi kehidupan kepada kamu,” (Al-Anfaal 8:24)

Maka, firman Allah tentang Nabi Isa, “Dari ruh Kami,maksudnya adalah ruh ciptaan Kami.

Kemudian orang-orang yang mengakui bahwa Nabi Isa adalah anak Allah adalah salah, menurut kitab mereka sendiri. Nabi Isa berkata tentang dirinya bahwa dia adalah manusia dan anak manusia, Alkitab jelas- jelas menafikan ketuhanan bagi manusia dan anak manusia. Berikut ini dalil-dalilnya:

“Allah bukanlah manusia sehingga Ia berdusta, bukan juga anak manusia sehingga Ia menyesal.” (Bilangan 23:19)

Karena Aku ini sudah berkata-kata bukannya dengan kehendak-Ku sendiri, melainkan Bapa yang menyuruh Aku, Ia telah memberi Aku suatu pesan, apa yang patut Kukatakan, dan apa yang patut Kututurkan. Dan Aku tahu bahwa pesan-Nya itulah hidup yang kekal. Sebab itu barang yang Aku ini katakan, maka sebagaimana Bapa itu telah berfirman kepada-Ku, begitulah Aku katakan.”(Yohanes 12:49-50)

 

Suatu pun tiada Aku dapat berbuat menurut kehendak-Ku sendiri, melainkan Aku menjalankan hukum sebagaimana yang Aku dengar, dan hukum-Ku itu adil adanya; karena bukannya Aku mencari kehendak diri-Ku, melainkan kehendak Dia yang menyuruhkan Aku. (Yohanes 5:30)

 

Hai orang Israel, dengarlah olehmu akan perkataanku ini: Adapun Yesus orang Nazaret itu, seorang yang disahkan Allah kepadamu dengan perbuatan kuasa dan mujizat dan tanda ajaib yang diadakan Allah dengan tangan Yesus di antara kamu, seperti yang kamu ketahui sendiri; (Kisah Para Rasul 2:22)

Maka Bapa itu yang sudah menyuruhkan Aku, Ia sendiri telah menyaksikan dari hal-Ku. Kamu belum pernah mendengar suara-Nya atau nampak rupa-Nya, (Yohanes 5:37)

 

Apabila segala sesuatu sudah ditaklukkan kepada-Nya itu, maka pada masa itu Anak itu pun akan menaklukkan diri-Nya kepada Dia, yang menaklukkan segala sesuatu kepada-Nya, supaya Allah menjadi semuanya di dalam sekalian. (1 Korintus 15:28)

 

Tetapi akan hari dan ketikanya tiada diketahui oleh seorang jua pun, meskipun malaekat yang di surga atau Anak itu, melainkan hanya Bapa sahaja. (Matius 24:36)

 

Bagaimana mungkin Al-masih adalah Tuhan, sementara ia tidak mengetahui kapan waktunya hari Kiamat itu terjadi?

Dari para murid Al-Masih pun tidak seorang pun yang mengatakan bahwa Al-Masih adalah Tuhan, jika kalian tidak percaya dengan keterangan itu maka bacalah keterangan dari Alkitab berikut ini:

 

Maka kata Yesus kepada mereka itu, “Perkara apakah itu?” Maka kata mereka itu kepada-Nya, “Dari hal Yesus orang Nazaret, yaitu seorang Nabi yang berkuasa di atas perbuatan dan perkataan-Nya di hadapan Allah dan segenap kaum itu; (Lukas 24:19)

 

“Dan orang banyak itu menyahut, “Inilah Nabi Yesus dari Nazaret di Galilea.” (Matius 21:11)

 

Setelah dilihat oleh segala orang akan tanda ajaib yang diperbuat oleh Yesus, maka kata mereka itu, “Sesungguhnya Ia inilah Nabi, yang datang ke dalam dunia ini.” (Yohanes 6:14)

 

Al-Masih juga diperintahkan untuk selalu mengesakan Tuhan keterangan ini  banyak sekali disebutkan dalam  Alkitab, diantaranya adalah:

“Jawab Yesus, “Hukum yang terutama ialah: Dengarlah, hai orang Israel, Tuhan Allah kia, Tuhan itu esa.” (Matius 12:29)

“Bahwa Dia esa, dan bahwa tidak ada yang lain kecuali Dia.” (Markus 12:32)

 

Bukannya tiap-tiap orang yang menyeru Aku, Tuhan, Tuhan, akan masuk ke dalam kerajaan surga; hanyalah orang yang melakukan kehendak Bapa-Ku yang di surga. (Matius 7:21)

 

Inilah hidup yang kekal, yaitu supaya mereka itu mengenal Engkau, Allah yang Esa dan benar, dan Yesus Kristus yang telah Engkau suruhkan itu. (Yohanes 17:3)

 

Dan janganlah kamu memanggil Bapa akan barang seorang pun di dalam dunia ini, karena Satu sahaja Bapa kamu, yaitu yang ada di surga. (Matius 23:9)

 

Pada ketika itu juga bergemarlah Yesus di dalam Rohulkudus serta kata-Nya, “Ya Bapa, Tuhan langit dan bumi, Aku memuji Engkau, sebab Engkau melindungkan perkara ini daripada orang budiman dan berpengetahuan dan menyatakan dia kepada anak-anak; ya Bapa, karena yang sedemikian itulah berkenan pada pemandangan-Mu. (Lukas 10:21)

 

Lalu jawab Yesus kepada mereka itu, serta kata-Nya, “Pengajaran-Ku itu bukan daripada-Ku, melainkan daripada Dia yang menyuruhkan Aku. Jikalau barang seorang suka melakukan kehendak Allah, ia akan mengerti tentang pengajaran ini, kalau daripada Allah datangnya, atau Aku mengeluarkan perkataan daripada diri-Ku sendiri. (Yohanes 7:16-17)

 

Maka Yesus pun bersabda kepadanya, “Janganlah engkau menyentuh Aku, karena belum Aku naik kepada Bapa, tetapi pergilah engkau kepada segala saudara-Ku, dan katakanlah pada mereka itu, Aku naik kepada Bapa-Ku dan Bapamu, dan kepada Tuhan-Ku dan Tuhanmu.” (Yohanes 20:17)

 

Perintah Al-Masih kepada wanita yang di ceritakan pada keterangan ini lebih menegaskan bahwa Al-Masih bukanlah Tuhan, karena bagaimana mungkin ia dianggap sebagai Tuhan sedangkan para pengikutnya disebut sebagai saudara-saudaranya, apakah Tuhan memiliki saudara?

 

Lalu ketika Iblis menyuruh Al-Masih untuk sujud kepadanya:

“Maka berkatalah Yesus kepadanya, “Enyahlah, Iblis! Sebab ada tertulis: Engkau harus bersujud kepada Tuhan, Allahmu, dan hanya kepada Dia sajalah engkau menyembah!” (Matius 4:10)

Apabila  Al-Masih  itu benar-benar Tuha n atau anak Tuhan, maka tidak mungkin Iblis menyuruhnya bersujud kepadanya. Selain itu, pada keterangan ini juga disebutkan bahwa Al-Masih sendiri mengakui bahwa yang berhak disembah itu hanyalah Allah semata.

Pembaca Alkitab dapat melihat sendiri bahwa kata Rabb itu bukan bermakna Tuhan, melainkan guru:

“Tetapi Yesus menoleh ke belakang, Ia melihat, bahwa mereka mengikut Dia lalu berkata kepada mereka, “Apakah yan kamu cari?” Kata mereka kepada-Nya, “Rabi (artinya:Guru), dimanakah Engkau tinggal?” (Yohanes 1:38)

Bahkan kata “Allah” saja tidak di maksudkan untuk  Allah, buktinya:

Berfirmanlah Tuhan kepada Musa: “Lihat, Aku mengangkat engkau sebagai Allah bagi Firaun, dan Harun, abangmu, akan menjadi nabimu.”  (Keluaran 7:1)

“Aku sendiri telah berfirman, “Kalian adalah allah, dan anak-anak Yang Mahatinggi kamu sekalian.” (Mazmur 82:6)

“Kata Yesus kepada mereka, “Tidakkah ada tertulis dalam kitab Taurat kamu: Aku telah berfirman, ‘Kalian adalah allah?” (Yohanes 10:34)

Kami ingin menantang siapa saja yang dapat memperlihatkan kepada kami satu keterangan saja di dalam  Alkitab dan Al Quran yang mengatakan bahwa Al-Masih berkata,

“Aku adalah Allah,” atau dikatakan kepadanya, “Wahai Allah.” Kalaupun disebutkan, kata “Allah” ditujukan kepada malaikat, bukan kepada Al-Masih, atau kepada hakim (Orang yang memutuskan perkara dengan hukum Allah), seperti disebutkan pada keterangan-keterangan berikut ini:

“Sedang api itu naik ke langit dari mezbah, maka naiklah Malaikat Tuhan dalam nyala api mezbah itu. Ketika Manoah dan istrinya melihat hal ini, sujudlah mereka dengan mukanya sampai ke tanah. Sejak itu Malaikat Tuhan tidak lagi menampakkan diri kepada  Manoah dan istrinya. Maka tahulah Manoah, bahwa Dia itu Malaikat Tuhan. Berkatalah  Manoah kepada istrinya, “Kita pasti mati, sebab kita telah melihat Allah.” (Hakim-Hakim 13:20-21)

 

Jikalau tiada didapati akan pencuri itu, hendaklah orang yang empunya rumah itu dibawa menghadap hakim, supaya diperiksa kalau-kalau dibubuhnya tangannya kepada barang yang milik kawannya. Adapun segala perselisihan yang jahat sengajanya, baik dari sebab seekor lembu, atau seekor keledai, atau seekor binatang kecil, atau sehelai pakaian, atau segala barang yang hilang, yang dikatakan orang dia punya, perkara kedua pihak itu hendaklah dibawa ke hadapan hakim; mana yang dipersalahkan oleh hakim itu, tak akan jangan diberinya akan kawannya dua kali banyaknya akan gantinya. (Keluaran 22:8-9)

 

“Allah berdiri dalam siding ilahi, di antara para allah Ia menghakimi.” (Mazmur 82:1)

Maksud kalimat “di antara para allah” adalah: di tengah-tengah petinggi kaum.

 

Adapun mengenai ungkapan: “aku dan Bapa adalah satu”, tidak hanya khusus ditujukan kepada diri Al-Masih saja, buktinya:

 

supaya semuanya jadi satu juga sama seperti Engkau di dalam Aku, ya Bapa, dan Aku pun di dalam Engkau, supaya mereka itu pun jadi satu di dalam Kita, sehingga isi dunia ini percaya bahwa Engkaulah yang menyuruh Aku. Dan Aku sudah memberikan kepadanya kemuliaan yang telah Engkau karuniakan kepada-Ku; supaya mereka itu juga jadi satu, seperti Kita ini jadi satu adanya. Aku di dalam mereka itu, dan Engkau di dalam Aku, supaya mereka itu sempurna di dalam satu persekutuan; supaya isi dunia ini mengetahui bahwa Engkau yang menyuruh Aku serta mengasihi mereka itu sama seperti Engkau mengasihi Aku. (Yohanes 17:21-23)

 

Tiadakah kamu mengetahui bahwa tubuhmu itu anggota Kristus? Patutkah sekarang aku membawa segala anggota Kristus itu menjadikan dia anggota perempuan sundal? Jangan sekali-kali. (1 Korintus 6:15)

 

karena kita ini anggota tubuh-Nya. (Efesus 5:30)

 

Pada hari itu juga kamu akan mengetahui bahwa Akulah di dalam Bapa-Ku, dan kamu pun di dalam Aku, dan Aku juga di dalam kamu. (Yohanes 14:20)

 

Tetapi orang yang melekat kepada Tuhan menjadi satu roh. (1 Korintus 6:17)

 

Karena bukannya kamu sendiri yang berkata-kata, melainkan Roh Bapamu yang berkata di dalam dirimu. (Matius 10:20)

 

Adapun mengenai keterangan di dalam Injil yang menyebutkan bahwa orang-orang bersujud kepada Al-Masih, itu tidak dapat di jadikan dalil atas ketuhanannya, karena memang bersujud kepada manusia di dalam syariat-syariat Islam itu diperbolehkan, seperti yang terjadi pada diri Nabi Yusuf. Dan Alkitab sendiri juga menyatakan bahwa sujud itu tidak hanya dilakukan hanya kepada Al-Masih, namun juga kepada yang lainnya, seperti yang terjadi pada Elisa ketika ia dapat menghidupkan kembali  seorang anak kecil dengan seizing Allah, lalu ibu dari anak itu bersujud kepadanya:

 

Maka dipanggil Elisa Gehazi, katanya: Panggillah olehmu perempuan Sunami itu. Maka dipanggilnyalah; setelah ia datang maka kata Elisa kepadanya: Angkatlah anakmu ini. Maka datanglah ia menyembah sujud kepada kakinya serta tunduk sampai ke bumi, lalu diangkatnya anaknya, dibawanya ke luar. (2 Raja-Raja 4:36-37)

 

Atau juga seperti sujudnya Nabi Sulaiman kepada ibunya:

 

Hata, maka datanglah Batsyeba kepada baginda raja Sulaiman hendak berkata-kata dengan baginda akan hal perkara Adonia itu. Maka berbangkitlah baginda datang menegur bunda baginda sambil tunduk dirinya kepadanya, lalu duduklah baginda di atas takhtanya dan disuruhnya letak peterana akan bunda baginda, lalu duduklah bunda baginda pada kanan baginda. (1 Raja- Raja 2:19)

 

Menurut keterangan yang disebutkan di dalam Alkitab, Batsyeba adalah ibu dari Nabi Sulaiman.

 

dalil-dalil yang menyatakan bahwa Al-Masih itu adalah anak manusia (yang tidak boleh disembah karena bukan Tuhan):

 

Karena sama seperti Yunus di dalam perut ikan raya tiga hari tiga malam lamanya, demikian juga Anak manusia akan ada di dalam hati bumi kelak tiga hari tiga malam lamanya. (Matius 12:40)

 

Al-masih juga bukanlah roh kudus:

 

Dan barangsiapa yang mengatakan perkataan yang melawan Anak manusia, ia itu akan diampuni; tetapi barangsiapa yang mengatakan perkataan yang melawan Rohulkudus, ia itu tiada akan diampuni, baik di dalam dunia ini, baik di dalam akhirat. (Matius 12:32)

 

Dan tidak ada yang berfikir bahwa sebutan ruh kudus dikhususkan untuknya seorang saja, buktinya:

 

Serta sampailah keduanya ke bukit itu, sesungguhnya bertemulah dengan dia suatu perkumpulan orang nabi, lalu datanglah Roh Tuhan atasnya, sehingga iapun bernubuat di antara mereka itu sekalian. (1 Samuel 10:10)

 

“Sejak hari itu dan seterusnya berkuasalah Roh Tuhan atas Daud.” (1 Samuel 16:13)

 

Hata, maka Roh Tuhanpun undurlah dari pada Saul dan seorang syaitan dari pada Tuhan mengejutkan dia. (1 Samuel 16:14)

 

Jangan apalah Engkau membuangkan daku dari hadapan hadirat-Mu, dan jangan Engkau mengambil Roh suci-Mu dari padaku. (Mazmur 51:11)

 
Maka Allah, yang mengetahui hati orang, menyaksikan bagi mereka itu dengan mengaruniakan mereka itu Rohulkudus sama seperti Ia mengaruniai kita; maka suatu pun tiada diperbuat-Nya perbedaan di antara kita dengan mereka itu, sesudah hati mereka itu disucikan-Nya oleh sebab iman. (Kisah Para Rasul 15:8-9)

 

Atau tiadakah kamu mengetahui bahwa tubuhmu itulah rumah Rohulkudus yang diam di dalammu itu, yang telah kamu peroleh daripada Allah, dan bukan kamu milikmu sendiri? Karena kamu sudah dibeli dengan harga tunai. Sebab itu hendaklah kamu memuliakan Allah dengan tubuhmu. (1 Korintus 6:19-20)

 

Perhatikanlah dengan baik kalimat “karena tubuhmu dan jiwamu Allah”

 

Bahkan kata Al-Masih (diurapi Tuhan) juga tidak dikhususkan penyebutannya untuk Al-Masih seorang, karena Alkitab juga menyebutkan kata itu untuk nabi-nabi selainnya, buktinya:

 

Maka kata Daud kepadanya: Bagaimana tiada engkau takut mengangkat tanganmu akan membinasakan orang yang telah disiram bagi Tuhan? Maka dipanggil Daud akan salah seorang dari pada segala orang muda-muda itu, lalu katanya: Marilah engkau, terkamlah akan dia! Maka diparangnya akan dia, lalu matilah orang itu. Maka kata Daud kepadanya: Bahwa darahmu itu di atas kepalamu, karena mulutmu sudah naik saksi atas dirimu, katanya: Sahaya sudah membunuh orang yang telah disiram bagi Tuhan. (2 Samuel 1: 14-16)

 

Arakian, maka inilah perkataan Daud yang terkemudian, yaitu sabda Daud bin Isai, sabda orang yang diangkat tinggi-tinggi, yang telah dilantik oleh Allah Yakub dan yang kekasih kepada orang Israel sebab segala mazmurnya: (2 Samuel 23:1)

 

Maka sekarang, ya Tuhan Allah! bangkitlah kiranya datang kepada perhentian-Mu itu, baik Engkau baik tabut kemuliaan-Mu! Biarlah segala imam-Mu, ya Tuhan Allah, dipakaikan selamat dan segala kekasih-Mu bersukacita hatinya oleh karena kebajikan itu! Ya Tuhan Allah! jangan apalah Engkau tolak akan muka Masih-Mu; ingatlah kiranya akan segala kebajikan Daud, hamba-Mu. (2 Tawarikh 6:41-42)

 

beberapa sifat lainnya:

 

Demikian juga Yusuf keluar dari negeri Nazaret di jajahan Galilea ke negeri Daud yang bernama Betlehem, di jajahan Yudea, karena ia daripada suku dan keturunan Daud, supaya didaftarkan bersama-sama dengan Maryam tunangannya yang sedang hamil itu. Tatkala mereka itu di sana, Maryam pun genaplah bulannya akan bersalin. Lalu bersalinlah ia akan seorang anak laki-laki, yaitu anak yang sulung; maka dibedunginya dengan kain lampin, dan dibaringkannya di dalam palungan, karena tiada tempat bagi mereka itu di dalam rumah persinggahan. (Lukas 2:4-7)

 

Tatkala Yesus lagi mengatakan perkara itu, datang seorang perempuan dari antara orang banyak bersuara sambil berkata kepada-Nya, “Berbahagialah rahim yang mengandungkan Engkau, dan tetek yang telah Engkau hisap.” (Lukas 11:27)

 

Apabila genap delapan hari Ia bersunat, lalu disebut namanya Yesus, seperti yang dikatakan oleh malaekat, sebelum Ia dikandungkan di dalam rahim. (Lukas 2:21)

 

Maka kanak-kanak itu pun makin besar dan bertambah kuat, dan penuhlah Ia dengan hikmat, dan anugerah Allah ada di atas-Nya. Maka tiap-tiap tahunlah ibu bapa-Nya pergi ke Yeruzalem pada masa raya Pasah. (Lukas 2:40-41)

 

Maka Yesus pun makin bertambah-tambah hikmat dan besar-Nya, dan makin diperkenan Allah dan manusia. (Lukas 2: 52)

 

Suatu pun tiada Aku dapat berbuat menurut kehendak-Ku sendiri, melainkan Aku menjalankan hukum sebagaimana yang Aku dengar, dan hukum-Ku itu adil adanya; karena bukannya Aku mencari kehendak diri-Ku, melainkan kehendak Dia yang menyuruhkan Aku. (Yohanes  5:30)

 

Pada pagi-pagi harinya, apabila Ia kembali ke negeri itu, Ia berasa lapar. (Matius 21:18)

 

Kemudian daripada itu Yesus sedang mengetahui bahwa segala sesuatu telah selesai (supaya sampailah kata Alkitab itu), maka berkatalah Ia, “Aku dahaga.” (Yohanes 19:28)

 

Di situ terdapat sumur Yakub. Yesus sangat letih oleh perjalanan, karena itu Ia duduk di pinggir sumur itu. Hari kira-kira pukul dua belas. (Yohanes  4:6)

 

Pada waktu itu Yesus sedang tidur di buritan di sebuah tilam. Maka murid-murid-Nya membangunkan Dia dan berkata kepada-Nya: “Guru, Engkau tidak perduli kalau kita binasa?” (Markus 4: 38)

 

Dan orang-orang yang menahan Yesus, mengolok-olokkan Dia dan memukuli-Nya. Mereka menutupi muka-Nya dan bertanya: “Cobalah katakan siapakah yang memukul Engkau?” (Lukas 22:63-64)

 

tetapi ketika mereka sampai kepada Yesus dan melihat bahwa Ia telah mati, mereka tidak mematahkan kaki-Nya, (Yohanes 19:33)

 

Apakah Tuhan itu Lapar?Haus?Lelah?TIdur?Mati?

”Mahasuci dan Mahatinggi Dia dari apa yang mereka katakana, luhur dan agung (tidak ada bandingannya).” (Al-Israa [17]:43)

 

Sedangkan sebutan Bapa, maka bukan berarti bapa hakiki seperti apa yang mereka yakini, melainkan itu hanyalah bentuk ungkapan kiasan saja. Maksudnya adalah menyerupakan kasih sayang Allah kepada hamba-hamba-Nya dengan kasih sayang bapak kepada anaknya. Ini berdasarkan keterangan dari Alkitab :

 

Tetapi sekarang, ya TUHAN, Engkaulah Bapa kami! Kamilah tanah liat dan Engkaulah yang membentuk kami, dan kami sekalian adalah buatan tangan-Mu. (Yesaya 64: 8)

Kata Yesus kepadanya: “Janganlah engkau memegang Aku, sebab Aku belum pergi kepada Bapa, tetapi pergilah kepada saudara-saudara-Ku dan katakanlah kepada mereka, bahwa sekarang Aku akan pergi kepada Bapa-Ku dan Bapamu, kepada Allah-Ku dan Allahmu.” (Yohanes 20:17)

 

“Ingatlah, jangan kamu melakukan kewajiban agamamu di hadapan orang supaya dilihat mereka, karena jika demikian, kamu tidak beroleh upah dari Bapamu yang di sorga. (Matius 6:1)

 

Jadi janganlah kamu seperti mereka, karena Bapamu mengetahui apa yang kamu perlukan, sebelum kamu minta kepada-Nya. (Matius 6:8)

 

Pandanglah burung-burung di langit, yang tidak menabur dan tidak menuai dan tidak mengumpulkan bekal dalam lumbung, namun diberi makan oleh Bapamu yang di sorga. Bukankah kamu jauh melebihi burung-burung itu? (Matius 6:26)

Kamu mengerjakan pekerjaan bapamu sendiri.” Jawab mereka: “Kami tidak dilahirkan dari zinah. Bapa kami satu, yaitu Allah.” Kata Yesus kepada mereka: “Jikalau Allah adalah Bapamu, kamu akan mengasihi Aku, sebab Aku keluar dan datang dari Allah. Dan Aku datang bukan atas kehendak-Ku sendiri, melainkan Dialah yang mengutus Aku. (Yohanes 8:41-42)

 

Sebutan anak Allah juga bukan bermakna kenabian secara hakiki, namun maknanya adalah orang yang beriman kepada Allah, karena jika tidak demikian mengapa Al-Masih selalu mengulang-ulang sebutan itu untuk para pengikutnya di berbagai pasal di dalam Alkitab, di anataranya adalah:

Berbahagialah orang yang suci hatinya, karena mereka akan melihat Allah. Berbahagialah orang yang membawa damai, karena mereka akan disebut anak-anak Allah. (Matius 5:8-9)

 

Tetapi semua orang yang menerima-Nya diberi-Nya kuasa supaya menjadi anak-anak Allah, yaitu mereka yang percaya dalam nama-Nya; (Yohanes 1:12)

 

Lihatlah, betapa besarnya kasih yang dikaruniakan Bapa kepada kita, sehingga kita disebut anak-anak Allah, dan memang kita adalah anak-anak Allah. Karena itu dunia tidak mengenal kita, sebab dunia tidak mengenal Dia. Saudara-saudaraku yang kekasih, sekarang kita adalah anak-anak Allah, tetapi belum nyata apa keadaan kita kelak; akan tetapi kita tahu, bahwa apabila Kristus menyatakan diri-Nya, kita akan menjadi sama seperti Dia, sebab kita akan melihat Dia dalam keadaan-Nya yang sebenarnya. (1 Yohanes 3:1-2)

Dan Alitab juga menyebutkan kata itu untuk para nabi selain Al-Masih, seperti untuk Nabi Ya’qub (Israel):

 

Maka engkau harus berkata kepada Firaun: Beginilah firman TUHAN: Israel ialah anak-Ku, anak-Ku yang sulung; (Keluaran 4:22)

Ketika Israel masih muda, Kukasihi dia, dan dari Mesir Kupanggil anak-Ku itu. (Hosea 11:1)

 

Juga untuk Nabi Sulaiman:

Ia telah berfirman kepadaku: Salomo, anakmu, dialah yang akan mendirikan rumah-Ku dan pelataran-Ku sebab Aku telah memilih dia menjadi anak-Ku dan Aku akan menjadi bapanya. Dan Aku akan mengokohkan kerajaannya sampai selama-lamanya, jika ia bertekun melakukan segala perintah dan peraturan-Ku seperti sekarang ini. (1 Tawarikh 28:6-7)

 

Juga untuk Nabi Adam:

 

anak Enos, anak Set, anak Adam, anak Allah. (Lukas 3:38)

 

Juga anak Nabi Daud:

 

Aku akan menjadi Bapanya, dan ia akan menjadi anak-Ku. Apabila ia melakukan kesalahan, maka Aku akan menghukum dia dengan rotan yang dipakai orang dan dengan pukulan yang diberikan anak-anak manusia. (2 Samuel 7:14)

 

Apakah setelah semua keterangan ini  mereka bersikap keras kepala dan mengatakan bahwa Al-Masih itu adalah anak Allah?

Allah berfirman, “Dan mereka berkata: “Tuhan Yang Maha Pemurah mengambil (mempunyai) anak”. Sesungguhnya kamu telah mendatangkan sesuatu perkara yang sangat mungkar . Hampir-hampir langit pecah karena ucapan itu, dan bumi belah, dan gunung-gunung runtuh, karena mereka menda’wakan Allah Yang Maha Pemurah mempunyai anak. Dan tidak layak bagi Tuhan Yang Maha Pemurah mengambil (mempunyai) anak. Tidak ada seorangpun di langit dan di bumi, kecuali akan datang kepada Tuhan Yang Maha Pemurah selaku seorang hamba. Sesungguhnya Allah telah menentukan jumlah mereka dan menghitung mereka dengan hitungan yang teliti. Dan tiap-tiap mereka akan datang kepada Allah pada hari kiamat dengan sendiri-sendiri. (Maryam 19: 88-95)